Kuasai Pasar Dunia, Ekspor Batik Solo Tembus Penjualan Tertinggi Tahun Ini

Kuasai Pasar Dunia Ekspor Batik Solo Tembus Penjualan Tertinggi Tahun Ini

Menyusul tingginya jumlah komoditas produk batik yang diekspor ke luar negeri mulai dari Jepang, Amerika Serikat hingga beberapa negara di Eropa, pemerintah mengklaim bahwa produk batik khususnya batik Solo berhasil menguasai pasar dunia. Fakta tersebut sekaligus membuktikan bahwa batik juga berhasil menjadi salah satu penggerak perekonomian di Indonesia.

Bukan hanya menyumbang devisa negara saja, namun keberhasilan Indonesia menguasai pasar batik dunia juga membuat batik mampu menyediakan ribuan lapangan pekerjaan untuk masyarakat Indonesia. Terbukti dari sebaran industri batik yang didominasi oleh usaha kecil dan menengah. Tercatat ada sekitar 100 sentra industri batik yang mampu menyerap tenaga kerja hingga 15 ribu pekerja.

Inovasi Produk Batik Ramah Lingkungan

Walau nilai ekspor batik yang tercatat oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) datanya mencapai USD 58,46 juta atau jika dikonversikan ke Rupiah nilainya mencapai Rp. 820,4 miliar, namun pihak Kemenperin tetap ingin industri batik Indonesia melakukan inovasi agar pangsa pasar batik semakin meningkat. Terlebih lagi jika mengingat bahwa batik termasuk salah satu bahan baku dari produk pakaian jadi.

Salah satu inovasi batik yang dianggap layak dan berpeluang meningkatkan pangsa pasar batik adalah produk batik yang ramah lingkungan. Dalam hal ini, ramah lingkungan yang dimaksud adalah penggunaan zat warna yang berasal dari alam. Inovasi ini juga diharapkan bisa mengurangi ketergantungan akan impor zat warna sintetik dari luar negeri.

Menurut pihak Kemenperin, saat ini kebanyakan konsumen lebih menyukai produk-produk yang ramah lingkungan. Oleh sebab itu, hadirnya batik yang terbuat dari zat warna alam atau yang juga dikenal dengan istilah eco print tersebut diharapkan dapat menjawab tantangan persaingan global yang kian hari semakin dinamis dan kompetitif.

Mengenal Batik Eco-Print yang Terbuat dari Zat Warna Alam

Pewarna yang terbuat dari zat kimia memang terbilang cukup berbahaya khususnya terhadap lingkungan, oleh sebab itu kini proses pembuatan batik menggunakan zat warna alam semakin diminati. Tidak perlu khawatir kain batik yang terbuat dari zat pewarna alam warnanya akan cepat pudar, sebab ketahanan warna batik tidak bergantung dari zat pewarnanya melainkan dari proses pembuatannya.

Ada beberapa tahapan untuk membuat sehelai kain batik Solo yang ramah lingkungan, seperti berikut ini:

  • Pemilihan Bahan Dasar Zat Pewarna Alami

Semua bahan dasar pembuatan zat pewarna alami bisa diambil dari bagian tumbuhan, mulai dari daun, batang, biji, bunga hingga buah. Khusus untuk zat pewarna yang terbuat dari buah sangat mudah untuk membuatnya sebab hanya perlu ditumbuk sehingga sari-sari buahnya bisa dimanfaatkan langsung sebagai pewarna.

  • Proses Merebus Bahan Dasar Zat Pewarna Alami

Berbeda dengan buah, untuk bisa mendapatkan zat warna alami dari bagian tumbuhan yang lain, maka bahan dasar tersebut, seperti batang, daun, kulit batang, biji atau bunga terlebih dahulu harus direbus. Perbandingan bahan dasar sebanyak 1 kilogram dicampur dengan 10 liter air. Selanjutnya rebus selama satu setengah jam hingga mendidih dan air menyusut dan menghasilkan 5 liter ekstrak pewarna alami.

  • Proses Pengikatan Warna

Tahapan berikutnya adalah proses pengikatan warna atau yang dikenal pula dengan istilah fiksasi. Ada beberapa bahan yang bisa digunakan untuk menghasilkan warna yang beragam, warna pekat dibuat menggunakan tanjung atau tenosulfat, sementara itu untuk warna lebih muda bisa menggunakan kapur, sedangkan untuk warna yang lebih terang bisa menggunakan tawas.

  • Proses Pencelupan

Karena menggunakan zat pewarna alami, maka proses pencelupan yang diperlukan lebih lama, jika biasanya hanya tiga kali celup http://lapakdewa.org saat menggunakan zat warna kimia, namun jika menggunakan zat pewarna alami maka diperlukan proses celup lebih dari lima belas kali. Sedikit banyaknya proses pencelupan juga tergantung dari kepekatan warna yang diinginkan.

Selain proses pembuatannya, bahan dasar dari kain juga berpengaruh terhadap ketahanan warna batik yang terbuat dari zat pewarna alam. Kain yang terbuat dari bahan selulosa dan protein, contohnya seperti rayon, wol, sutra dan katun akan membuat warna batik yang terbuat dari zat pewarna alam lebih awet.

Selain untuk meningkatkan pangsa pasar, industri batik yang ramah lingkungan juga menjadi salah satu solusi untuk mengurangi dampak pencemaran yang biasanya terjadi dari berbagai zat kimia, termasuk zat pewarna kimia yang selama ini digunakan untuk membuat batik. Bukan hanya itu saja, produk batik yang ramah lingkungan juga diharapkan bisa menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Upaya Pemerintah Untuk Mengembangkan Industri Batik Indonesia

Industri batik yang penuh inovasi tentunya juga perlu diimbangi dengan peran pemerintah untuk bisa mengembangkan batik Indonesia. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk terus mengusahakan agar industri batik nasional semakin berkembang.

Beberapa upaya yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian itu diantaranya seperti peningkatan kompetensi SDM, pengembangan kualitas, standardisasi kualitas produk, fasilitasi peralatan pembuatan batik hingga promosi. Berbagai upaya tersebut diberikan kepada setiap pelaku usaha batik sehingga mereka dapat meningkatkan daya saing sekaligus meningkatkan kapasitas produksi batik para pelaku usaha tersebut.

Kemenperin juga telah bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia dengan menggelar pameran batik bertajuk Pameran Batik Warisan Budaya. Tujuan dari pameran tersebut tentu saja untuk mempromosikan hasil karya unggulan sekaligus memperluas pasar dari para pelaku usaha industri batik. Sinergi dari para pelaku usaha industri batik dan pemerintah diharapkan akan membuat industri batik semakin merajai pasar dunia.